Cerita Motivasi Hidup
Di sebuah dusun kecil, tinggal seorang bapak dengan seorang anaknya kira-kira berumur 10 tahun. Sang anak bermimpi besar bercita-cita ingin membangun dusunnya kelak nanti. Mimpinya selalu di katakan pada ayahnya, termasuk semua warga dusun,. Bahkan juga ketika bermain dengan teman-temannya, dia pun menceritakan akan mimpi besarnya itu, bahwa Dia ingin menjadi Dokter. Itulah mimpi besar sang anak dusun,. Padahal kalau melihat kondisi dusun mereka saat itu, mimpi tersebut hanyalah mimpi yang tidak mungkin menjadi kenyataan.
Ayahnya seorang petani penggarap sawah milik orang. Masa panen menjadi hari yang dinantikan oleh seluruh warga dusun. Namun menjadi perjalanan melelahkan. Dimana, hasil panen harus mereka bawa ke pabrik yang berlokasi di kota untuk di olah kembali menjadi padi yang berkualitas. Dan itu sangatlah jauh, membutuhkan waktu sehari untuk pulang pergi dari dusun ke kota dan kembali lagi ke dusun.
Dalam perjalanan inilah sang anak pertama kali di ajak oleh ayahnya ikut serta ke kota dan menjadi pengalaman pertama sang anak. Dimana Dia bisa melihat ke elokan di kota, gedung-gedung bertingkat, lampu-lampu jalan yang terang menderang, kendaraan roda dua, roda tiga hingga roda empat. Matanya begitu takjub melihat pemandangan kota. Sang anak pun makin bertambah semangatnya meraih mimpi mewujudkan cita-citanya. Dalam benaknya, dokter adalah seorang yang memiliki kepintaran dan kemampuan menyembuhkan orang, tentunya memiliki uang banyak hingga bisa melakukan apapun yang diinginkannya. "Kalau Aku jadi dokter Aku akan punya uang banyak, Aku bisa membeli mesin pembajak sawah untuk bapak, biar bapak tidak kelelahan membajak sawah," dalam hatinya sambil berkhayal.
Apadaya khayalnya hancur, ketika secara tiba-tiba, tepat di depan matanya terjadi kecelakaan lalulintas sangat sadis. Orang-orang berhamburan, berlarian mendekat ke lokasi kejadian. Namun tak satu pun yang berani memberi pertolongan, yang ada hanya teriakan segera panggil ambulans.
Sang anak yang melihat kejadian itu masih dalam genggaman tangan ayahnya turut panik. Tubuhnya gemetar melihat darah dan luka dari korban kecelakaan. Mulutnya terkatup, tak mampu berkata-kata hanya ketakutan yang dia rasa. Tak lama kemudian mobil ambulans pun datang. Korban segera dibawa ke rumah sakit. Sang anak pun perlahan mulai bisa menguasai dirinya. Napasnya yang tadi tak teratur kini mulai normal. Rasa takut pun perlahan pergi. Tubuhnya tak lagi gemetar.
Setelah itu, sang anak dan ayahnya segera kembali ke pabrik untuk mengambil kerbau dan menyelesaikan tugasnya. Dalam perjalanan itulah sang anak tiba-tiba berkata kepada ayahnya,"Ayah, Saya tidak ingin lagi bermimpi menjadi dokter. Saya takut melihat darah. Tadi tubuh saya tiba-tiba kaku seperti orang mati. Tak bisa bergerak melihat kecelakaan tadi. Bagaimana mungkin Saya bisa menjadi dokter dan menyembuhkan pasien kalau melihat darah saja tubuh saya langsung tidak bisa bergerak. Saya mau seperti Ayah saja, melanjutkan bertani".
Mendengar ucapan itu, Sang Ayah terkejut. Dia belum pernah sebelumnya melihat sang anak patah semangat seperti ini. Lalu sang Ayah menepuk pundak anak laki-lakinya dengan lembut. Dan dia berkata, "Nak... kamu tahu mobil-mobil yang kamu lihat tadi terbuat dari apa? "Tahu Ayah, dari besi," jawab sang anak. "Memang kenapa, Ayah?" Tanya sang anak.
Lalu, jawab sang Ayah, bahwa benar kalau mobil terbuat dari besi tapi melalui proses peleburan yang panas kemudian dibentuk. Setelah dibentuk pun tidak langsung menjadi besi namun harus menunggu hingga dingin agar bodi tersebut bisa dilanjutkan ke proses tahap berikutnya. Mobil tersebut juga didalamnya terdapat banyak komponen lain, seperti kursi, Ac, kaca, pedal gas, pedal rem, setir dan lain sebagainya. Semua itu dibentuk secara perlahan, bukan hal yang tidak mudah bagi yang membuatnya, dan yang membuat itu semua harus bersabar dengan proses yang ada, bahkan tidak sedikit juga yang mengalami kegagalan produksi. Namun mereka tetap membuat mobil karena itu adalah tujuan mereka disana selain mereka memang bekerja, saat ini yang kau alami adalah hal yang wajar dan itu sama seperti proses pembuatan mobil.
Kemudian Sang Ayah melanjutkan obrolannya, "Hidup itu pilihan Nak,.? Kamu bisa menjadi mobil yang bisa diproduksi dan bermanfaat untuk orang lain atau menjadi mobil yang gagal produksi?"
Sang anak terdiam sejenak seakan mencermati setiap hal yang dia alami dan yang Ayahnya katakan padanya. Tiba-tiba sang anak tertawa dan mengatakan, "Jadi sebenarnya saat ini aku sedang diperkenalkan oleh Tuhan dengan apa yang aku inginkan yah, Ayah?"
Mendengar jawaban anaknya, Sang Ayah tersenyum bangga. Sesaat kemudian sang anak kembali mengemukakan pendapatnya."
Karena ini bagian dari proses cita-cita yang Aku impikan selalu, bisa malu aku yang dijuluki raja mimpi sama teman-teman,Ayah? Terima kasih Ayah." ucap sang anak diiringi dengan pelukan kepada ayahnya.
Nah, Sobat..! Kisah tadi adalah hal yang sering kita jumpai dari awal mimpi yang ingin kita wujudkan, dimana proses terkadang berat untuk dijalani dan lebih berfokus pada hasil yang sudah jadi.
Menurut Sobat, mana yang lebih penting "Hasil atau Proses"? Kalau Saya pribadi lebih penting proses, karena tidak ada hasil yang bisa didapatkan tanpa adanya proses. Sedangkan hasil hanya berbanding lurus dengan proses yang dialami. Halangan dan ketakutan yang dirasakan saat berproses itu adalah sebuah gerbang baru yang harus dilewati dan dipelajari agar ketika Anda berada pada kesuksesan yang diinginkan dapat terus bertahan dan menghargai apapun yang Anda rasakan.
Jangan dilihat berapa banyak hal yang Anda keluarkan, tapi fokuslah dengan tujuan Anda, karena tujuan inilah yang lebih penting daripada apa yang sudah dikeluarkan atau Anda korbankan saat ini. Apa yang Anda keluarkan adalah apa yang akan Anda dapatkan dengan jumlah yang berkali-kali lipat besarnya. Tidak ada yang tidak mungkin karena semuanya mungkin.
Mulai saat ini, tanamkan pada diri Anda bahwa Anda bisa...!!! Selamat fokus pada tujuan.
Semoga bermanfaat....
No comments:
Post a Comment