Seorang pemuda berusia belasan tahun tertangkap oleh polisi setelah seminggu menjadi buron terkait kasus pembunuhan sesama rekannya di sebuah rumah kost-kostsan. Kasus pembunuhan terjadi dipicu hal sepele, yang mana korban salah memakai sandal saat di suruh rekan-rekannya untuk membeli minuman keras di sebuah warung. Seperti biasa para pemuda-pemuda masih sekolahan ini mengisi libur sekolah dimasa pandemi covid-19 dengan berkumpul di rumah kost salah satu rekan mereka yang tak lain dan tak bukan pesta miras "Happy party" istilah gaul anak muda jaman sekarang.
Kronologi berawal dari salah satu diantara mereka mulai patungan menaruh uang dua puluh ribuan di atas meja, kemudian di ikuti rekan-rekan lainnya hingga terkumpul uang hampir lima ratus ribuan. Hari itu cuaca lagi hujan dan jalanan pun becek, korban di suruh rekan-rekannya untuk membeli minuman keras di sebuah warung yang berada di ujung jalan sebuah kampung. Korban ditemani dua orang rekannya untuk pergi membeli miras di warung itu. Tanpa memperhatikan sandal miliknya, korban dengan buru-buru mengambil sandal milik pelaku dan langsung bergegas jalan kaki bersama dua rekannya.
Setiba di warung korban tersadar dan melihat kalau sandal yang digunakannya bukan miliknya. Namun bagi dia itu biasa saja. Namanya juga teman, pasti salah memakai sandal hanya untuk sebentar saja dipikir tidak masalah. Sesudah membeli beberapa botol minuman keras, korban dan kedua rekannya kembali ke kost-kostsan tempat mereka kumpul. Setiba di kost-kotsan pelaku marah dan tidak terima sandalnya penuh becekan tanah. Suasana sempat memanas ketika itu antara korban dan pelaku, namun diredahkan oleh rekan-rekan lainnya. Acara pesta miras pun di mulai. Seorang rekan mulai menuangkan minuman ke dalam ceret plastik bening dan mulai menggilir secangkir demi secangkir ke semua pemuda yang hadir disitu.
Semakin menikmati miras, beberapa pemuda terlihat mulai bertingkah yang aneh-aneh. Pikiran dan mulut mulai tak bisa terkendalikan hingga masalah sandal yang terlupakan tadi menjadi perdebatan kembali. Korban dan pelaku yang saat itu sudah sama-sama dipengaruhi miras beradu mulut dan semakin menunjukan kejantanannya masing-masing. Pelaku yang sangat marah besar tiba-tiba menendang meja hingga minuman keras diatas meja tumpah ke lantai. Korban saat itu yang lagi duduk di lantai terhempas pecahan botol kaca dan menimbulkan emosinya naik tinggi lalu melempari pelaku dengan meja plastik. Pertengkaran pun terjadi saat itu. Rekan-rekan lainnya yang sudah teler sempoyongan tak lagi bisa melerai adu jotos korban dan pelaku.
Karna korban bertubuh lebih besar dari pelaku, sehingga korban dengan mudah membanting pelaku di lantai. Tanpa di kira oleh korban, pelaku yang terjatuh dilantai lansung menggenggam pecahan kepala botol yang ada disekitarnya dan menancapkan ke leher korban hingga korban terjatuh berlumur darah. Tak hanya itu saja, dengan ganasnya yang sudah dirasuki nafsu setan pelaku menancapkan lagi yang keduakalinya kebagian lambung korban hingga korban kehilangan nyawa.
Para pemuda yang lain yang tadinya teler, semuanya tersadar dan lari ketakutan melihat rekannya bersimpah darah bercucuran dilantai. Setelah kejadian pembunuhan itu, korban pun lari menghilang hingga ditangkap polisi seminggu kemudian.
Nah, Sobat pembaca...! Kisah diatas memberi pembelajaran bagi kita, bahwa masalah kecil jangan disepelekan. Sebab munculnya masalah besar bisa berawal dari hal yang kecil. Terkadang sebagai manusia biasa, kita sulit mengendalikan kemarahan. Tapi bukan berarti kemarahan tak dapat dibendung. Belajarlah untuk tidak marah, karena akan ada penyesalan dibalik kemarahan Anda. Jangan hidupkan api amarah didalam diri jika Anda tak sanggup memadamkannya. Karena jika api itu menjalar, Dia akan menghanguskan apa saja yang ada dihadapannya. Ingat sobat...! Kemarahan yang dimulai dengan kegilaan, akan berakhir dengan penyesalan yang memalukan. Maka dari itu cobalah untuk merenung.
Semoga bermanfaat...
No comments:
Post a Comment