Di suatu perkampungan kecil hidup seorang janda muda beranak satu. Dulunya wanita ini menjadi rebutan para lelaki di kampung tersebut karena parasnya yang cantik dan menggoda. Kulitnya kuning langsat, hidung mancung dan berambut hitam lurus. Di usianya 20 tahun, Ia sangat rajin membantu orang tuanya berdagang di pasar, hingga Ia berkenalan dengan seorang pemuda yang tidak begitu tampan, yatim piatu namun pemuda ini memiliki akhlak yang sangat baik dan rajin ibadah. Ia juga bekerja sebagai seorang pedagang sayur mayur berkeliling kampung.
Kisah asmara kedua insan tersebut berjalan kurang lebih 8 bulan dan di restui orang tua wanita, sampai akhirnya keduanya menikah. Dua tahun menjalani hidup berumah tangga keduanya masih tinggal bersama kedua orangtua wanita. Walau hidup sederhana di rumah orang tua, mereka berdua saling mencintai dan memahami segala kekurangan dan kelebihan masing-masing. Hasil kerja keras berdagang sayuran dari suami meskipun mendapat untung sedikit, ditabungnya untuk niat memiliki rumah sendiri. Alhasil mereka kini memiliki rumah sendiri walau berdinding bambu beralaskan tanah tapi mereka merasa bahagia.
Kebiasaan suami selesai sholat subuh, ia mempersiapkan dagangan untuk berkeliling kampung. Begitu juga istrinya telah mempersiapkan sarapan pagi untuk suami dan bersiap membantu orangtuanya berdagang di pasar. Hari demi hari terus berjalan hingga akhirnya mereka dikaruniahi seorang anak putra. Oleh karena harus mengurus anaknya, sehingga wanita ini tidak lagi bekerja membantu orang tuanya berdagang di pasar.
Kehadiran anak pertama ini, dirasakan menjadi pemicu bahagia bagi suami untuk lebih bekerja penuh semangat. Tak pantang menyerah walau hujan dan udara dingin pagi hari menyelimuti kampung, Ia bergegas memikul dagangannya berkeliling kampung berjualan. Meninggalkan istri dan buah hatinya dirumah terasa berat untuk melangkah, tapi demi membahagiakan keduanya ia pun ikhlas berharap ridho Allah selalu menyertai.
Kira-kira pukul sepuluh pagi itu, tak biasanya dagangannya belum habis terjual sehingga Ia pun harus terus berkeliling kampung menjual sayur mayur melewati persimpangan jalan dan lorong hingga tiba di sebuah kompleks perumahan. Di tempat itu ada seorang ibu yang memborong dagangannya sampai habis. Tengadah kelangit berucap syukur selalu tak lupa dilakukannya selesai berdagang.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, berharap membawa rejeki kebahagiaan buat istri dan anaknya, karena dagangan habis terjual, namun di tengah perjalanan nampak kendaraan roda empat lepas kendali meluncur dengan cepat dan menabraknya hingga meninggal dunia. Kabar berita itu pun sampai pada istrinya di rumah. Rasa bahagia karena kehadiran anak bayi yang pertama kini berubah menjadi tangis duka setelah ditinggal suami selama-lamanya.
Sejak ditinggal suami tercinta, hidupnya terasa hampa. Tak ada lagi canda tawa, tak ada lagi imam saat sholat subuh berjamaah, tak ada lagi sarapan pagi untuk di siapkan,. Semuanya kini tinggal kenangan yang membawa luka di hati. Tangis airmata terus bercucur di pipi nan halus, bola mata yang indah mulai membengkak. Seolah ini hanyalah mimpi dan bukan kenyataan.
Hari terus berganti,. hati yang terluka kini harus move on menatap masa depan yang lebih cerah. Upaya menghidupi buah hati harus dijalani dan tidak berharap iba dari orang lain. Menyambung hidup dirinya dan anak pemberian Allah dari Almarhum suami, Ia harus menjadi wanita yang kuat menjalani hidup. Uang sisa tabungan suami di olahnya dengan melanjutkan usaha berdagang sayur mayur keliling. Kehidupannya menjadi buah bibir para warga kampung, namun tak di hiraukannya. Para Duda, perjaka bahkan Aki-aki pun banyak yang mendekat untuk antri meminangnya. Tapi semuanya ditolak...
Nah,..sobat pembaca..! Dari kisah ini, kita dapat mengambil pembelajaran yang berharga. Yang pertama bahwa kematian akan selalu mendekat, tak pandang muda ataupun tua, kaya ataupun miskin, sehat ataupun sakit. Segalanya akan kembali kepada-Nya. Nikmat kebahagian dunia tidak seberapa dibanding nikmat kebahagian akhirat. Oleh karena itu persiapkan diri dari sekarang untuk tabungan akhirat nanti. Yang kedua, mengajarkan kita agar jangan berlarut dalam kesedihan. Baik itu musibah, kegagalan, kematian dan lain sebagainya. Karena hal itu sangat di benci oleh Allah. Jadikan itu sebagai batu loncatan buat kita untuk bangkit dan bersemangat.
Semoga bermanfaat....
No comments:
Post a Comment