Ada seorang perempuan mendatangi seorang guru besar dan berkata dengan suara lirih sambil berlinang air mata, "Guru, aku sudah menikah sejak sepuluh tahun lalu dan sekarang dikarunia tiga orang anak. Sebagai seorang pedagang , suamiku selalu pergi".
Tiba-tiba perempuan itu terdiam. Tidak lama kemudian, ia berkata lagi, "Aku ingin bercerai darinya". Kemudian Sang Guru bertanya,"Apakah suami anda menikah dengan perempuan lai?" Ia menjawab,"Tidak. Kalaupun mau, ia pasti tidak bisa lakukan hal itu". Sang Guru bertanya lagi,"Apakah ia menyayangi anak-anak?" Ia menjawab,"Ya, ia sangat menyayangi mereka". Sang Guru bertanya lagi,"Apakah ia menjalankan kewajibannya memberi nafkah keluarga?" Ia menjawab,"Ya, Sebenarnya ia sangat dermawan. Ia tidak pernah mengabaikan kebutuhan kami".
Sang Guru bertanya lagi,"Apakah ia pernah keluar dengan perempuan lain, selain dirimu?" Ia menjawab dengan tegas, "Tidak. Aku masih sangat percaya padanya kalau ia lelaki setia". Kemudian Sang Guru berkata,"Kalau begitu, mari kita lihat gambaran suami anda sampai saat ini. Seperti yang anda katakan, dia seorang ayah yang sangat menyayangi anak-anaknya, menunaikan tanggung jawab dan kewajibannya terhadap keluarga, tidak menikahi perempuan lain, tidak pernah keluar dengan perempuan lain, tidak memukul anda dan ia sangat setia. Bukankah begitu?" Perempuan itu menjawab, "Ya. Sang Guru kemudian berkata, "Jika anda benar-benar ingin meninggalkannya, pikirkan baik-baik. Bisa jadi ada ratusan bahkan jutaan perempuan di luar sana yang mengharap dapat menikah dengan laki-laki seperti itu.
Tiba-tiba perempuan itu tertawa, lalu berkata, "Sepertinya ia tidak seburuk dugaanku". Sang Guru bertanya, "Mengapa anda sangat marah padanya?" Ia menjawab, "Ia sudah tidak pernah meluangkan waktu untukku seperti dulu. Ia juga sudah tidak mau menceritakan masalah dan pekerjaannya kepadaku. Itu berarti ia sudah tidak butuh pendapatku. Tetapi, sekarang aku sadar bahwa selama ini aku selalu mengkritik dan meremehkan impiannya. Mungkin karena itu ia tidak mau tukar pikiran lagi denganku".
Sang Guru bertanya lagi, "Apakah anda masih ingin bercerai dengannya?" Dengan senyum tersipu malu ia berkata, "Tidak. Dia laki-laki istimewa dan aku sangat mencintainya". Dengan nada bercanda Sang Guru berkata, "Tapi ada hal lain yang harus anda ketahui. Jumlah laki-laki. Jika terus demikian, jumlah kaum laki-laki akan mengecil dan pada akhirnya hanya ada di museum-museum, di samping dinosaurus. Suatu saat nanti akan ada yang mengatakan ini dinosaurus dan ini manusia berjenis kelamin laki-laki. Karena itu, seorang istri tidak boleh menyia-nyiakan suaminya. Sebab, ia tidak akan mendapatkan laki-laki lain yang menggantikannya". Sambil tertawa perempuan itu berkata, "Aku tidak akan pernah meninggalkannya".
Lalu apa yang dilakukan Sang Guru terhadap perempuan itu, yakni mengubah persepsi perempuan itu. Dengan begitu Sang Guru membantunya memperluas cakrawala pandangnya. Selanjutnya Sang Guru mengubah persepsi negatif menjadi positif. Akal manusia hanya bisa fokus pada informasi dalam satu waktu. Perempuan itu ternyata hanya fokus pada hal-hal negatif tentang suaminya yang ia tidak suka. Karena pikiran negatif itulah terjadi berkali-kali maka jadi keyakinan. Keyakinan inilah yang mendorong dirinya untuk meminta cerai, menenggelamkan bahtera rumah tangganya.
Maka beruntunglah perempuan itu segera disadarkan bahwa ia bisa memperbaiki hubungan dengan suaminya dengan tidak mengkritik, menyalahkan, mengeluh atau meremehkan. Dengan demikian kepercayaan sang suami tumbuh kembali pada dirinya seperti sedia kala.
Dengan mengubah persepsi maka kenyataan jadi berubah. Perceraian yang direncanakan berubah menjadi cinta dan kekuatan untuk mempertahankan mahligai rumah tangga.
Jadi, jika Anda mengubah persepsi Anda tentang masalah, memikirkannya sebagai hadiah terindah dari Sang Maha Pencipta alam jagad raya ini, lalu berkonsentrasi pada upaya mencari solusi, maka Anda menemukan pintu harapan terbuka lebar di hadapan Anda. Karena itu jangan biarkan persepsi Anda tentang suatu masalah mempengaruhi Anda. Sebab persepsi adalah program akal terdahulu yang bisa jadi keliru. Maka ubahlah persepsi Anda, niscaya kehidupan Anda juga pasti berubah. Persepsi dan kesengsaraan hanya ada dalam persepsi belaka.
No comments:
Post a Comment