Alkisah, ada seorang pelukis terkenal di sebuah negeri, suatu hari dia kedatangan seorang tamu pria yang sudah lanjut usiannya. Orang tua itu membawa beberapa sketsa yang ingin diperlihatkan kepada pelukis besar tersebut untuk meminta pendapat dan penilaian apakah sketsa itu bernilai atau setidak-tidaknya menyatakan seberapa besar bakat potensial dari hasil karyanya.
Sekilas dilihatnya sketsa berbagai bentuk dan jenis hewan dihadapannya. Karena keahliannya, dalam waktu sekejap saja, pelukis besar itu sudah dapat menilai apakah sketsa atau lukisan kasar itu memiliki nilai artistik atau sebaliknya tidak berharga sama sekali. Dengan tutur sapa yang lembut dan halus, si pelukis ternama menyampaikan bahwa sketsa yang diperlihatkan tamunya itu kurang begitu berharga dan kurang memperlihatkan bakat seni. Tak lupa sang seniman meminta maaf atas pendapatnya yang mungkin menyakiti tamunya. Akan tetapi dalam hal ini, dia tidak bisa membohongi kenyataan dan pendapatnya.
Orang tua itu tertunduk lesuh dan tampak kecewa. Kemudian dia mengeluarkan map yang lain, sambil memohon agar si pelukis mau melihat beberapa sketsa dan lukisan lain yang dibawanya, yang merupakan karya seorang pemuda dari suatu sanggar seni rupa. Kali ini si pelukis ternama melihat berbagai jenis sketsa dan juga pemandangan.
Setelah memperhatikan dengan lebih saksama beberapa lukisan berikutnya, si pelukis besar tampak sangat tertarik dengan bakat seni yang terlihat di lukisan itu. Ia harus di bantu dan didorong dalam kariernya sebagai seorang pelukis. Dia memiliki masa depan yang cerah jika dia tekun melatih kemampuan dan tekniknya ini, serta setia pada apa yang menjadi cita-citanya sebagai seorang pelukis.
Mendengar komentar itu, bapak tua tersenyum gembira. "Terima kasih atas penilaian dan penghargaan Anda".
"Siapa gerangan pelukis muda yang berbakat ini, Apakah dia putra bapak"? Tanya si pelukis ternama.
"Bukan,.! jawab bapak tua dengan muka dan nada suara yang sedih. Lukisan yang terakhir anda lihat itu adalah coretan tanganku dua puluh tahun silam. Jika saja aku bisa mendengar komentar positif Anda pada saat itu.... Sayangnya aku berkecil hati, kurang percaya diri dan berhenti terlalu cepat dan menekuni aliran seni lukis itu". lalu dia melanjutkan, "Yah, setidaknya aku telah mendapat satu pelajaran dikehidupan ini, jangan cepat menyerah apalagi saat mendengarkan komentar negatif dari orang lain. Selagi kita mau belajar, perubahan dan kemajuan bisa kita dapatkan. Terimakasih atas pertemuan ini dan mereka pun berpisah.
Dari kisah singkat ini, kita paham bahwa si bapak tampak menyesal karena merasa sudah sangat terlambat ketika ia bertemu dengan si pelukis yang merupakan satu-satunya orang yang mampu melihat potensinya. Sebenarnya si bapak juga sudah menyadari jika ia mempunyai bakat luar biasa dalam dunia seni. Sayangnya ia cepat putus asa dan berkecil hati ketika mendapat cibiran dari orang lain. Sesudahnya si bapak mau bersabar dan berusaha sedikit lagi, mungkin nasib akan membawanya menjadi lain dari yang sekarang.
Terkadang dalam kehidupan ini, kita sering diombang-ambingkan oleh pendapat orang lain sehingga sering mengubah apa yang kita jalani dan yakini. Padahal semua hasil kesuksesan membutuhkan kepercayaan diri dalam proses perjuangan. Oleh karena itu jadikan diri anda orang yang selalu kuat, dalam arti tidak mudah berputus asa ketika mendapat cibiran ataupun penilaian negatif dari orang lain terhadap apa yang kita jalani dan yakini untuk dicapai. Sebab keyakinan, kepercayaan diri dan berprinsip dalam menjalankan apa yang sudah kita kerjakan niscaya membuka peluang kita menuju kesuksesan yang hakikih.
No comments:
Post a Comment