Kegagalan selalu mengandung pesan hikmah bagi setiap orang. Untuk menemukan pesan itu, memang tidak bisa instan. Dibutuhkan waktu sekaligus kemampuan. Terkadang pesan itu muncul tak lama setelah kegagalan diterima. Namun terkadang juga pesan itu baru akan terlihat setelah bertahun-tahun kegagalan berlangsung. Sayangnya ada juga orang yang tak dapat menemukan apa dan dimana pesan dari kegagalan yang dialaminya. Dalam seumur hidup sekalipun.
Salah satu pesan yang ada dalam kegagalan terletak pada perkembangan emosi dan jiwa. Kegagalan akan membuat lebih baik jika mampu menjadikannya sebagai sebuah fase yang tidak begitu memilukan. Kegagalan justru bisa membuat kita justru lebih bijaksana, matang dan dewasa. Persoalan-persoalan yang kita hadapi dan atau akan membuat kita siap menghadapi kesulitan-kesulitan dimasa mendatang.
Nyatanya, menemukan pesan dari sebuah kegagalan merupakan kemampuan. Butuh waktu untuk mengembangkan dan mengupayakan kemampuan ini. Kita bisa mulai melakukannya dengan merenungkan kekeliruan terakhir yang kita alami. Lalu menemukan pesan di dalamnya. Jika kita mengalami persoalan, kemunduran, kekeliruan dan kegagalan, luangkan waktu untuk merenungkan pesan yang mungkin kita petik darinya. Juga jangan lupa, teruslah melangkah maju. Dengan demikian kita bisa membuka diri terhadap manfaat kegagalan dimasa mendatang.
Berikut ini ada sebuah kisah perjalanan kelompok musik asal indonesia yang telah mengalami naik turun di blantika musik tanah air. Tak hanya faktor eksternal, masa surut grub band ini juga dikarenakan personelnya sendiri. Saat reputasinya mulai melambung, mereka justru tergoda manisnya jerat narkoba. Inilah yang kemudian membuat kelompok musik ini goyah, para personelnya terpecah belah. Anda pasti sudah mengenalnya akan kelompok musik ini, bukan? Ya, mereka adalah Slank, nama band yang telah mengalami banyak pasang surut. Cikal bakal Slank berawal dari sebuah kelompok musik dengan nama Cikini Stones Complex (CSC) yang didirikan oleh Bimbim si penabuh drum Slank . Konsep grub band ini memang sangat unik karena terus menerus membawakan lagu-lagu Rolling Stones. Namun berselang itu membuat personelnya jenuh, sehingga bubar di tahun 1983.
Bubarnya CSC tidak memadamkan semangat Bimbim dalam bermusik. Ia kemudian menggandeng dua saudaranya untuk membentuk grub musik baru dengan nama Red Evil. Jadilah formasi Red Evil. Mereka mulai berani tampil dengan gaya sendiri walaupun masih ada corak Rolling stones. Karena tampilan personelnya yang apa adanya, urakan dan kadang sembrono Red Evil dijuluki sebagai grub band Slengean oleh teman-teman kampusnya. Mulai saat itu nama band mereka diubah menjadi Slank tepatnya 26 Desember 1983.
Dalam perjalanannya pergantian personel menjadi sesuatu yang biasa dalam band ini. Beberapa kali berganti personelnya tak membuat semangat Bimbim goyah juga. Hingga direkrutnya personel baru yakni Kaka, Pay dan Indra yang cukup menambah gairah Slank dalam bermusik. Sejak saat itu Slank berkali-kali mengirimkan demo rekaman ke beberapa label dan bahkan beberapa kali di tolak. Hingga suatu kali mereka bertemu dengan seorang produser handal. Setelah mendengarkan demo mereka, sang produser yakin musik yang dibawakan Slank akan banyak disukai pecinta musik tanah air menurutnya.
Keyakinan sang produser terbukti. Album pertama Slank yang berjudul "Suit... Suit... He... He..." meledak dipasaran musik tanah air. Bahkan album pertama ini mampu membawa Slank pada keberhasilan meraih penghargaan pertamanya di BASF Award, sebagai pendatang baru terbaik. Sejak saat itu Slank mulai dikenal masyarakat indonesia. Kelompok musik ini pun tak henti berkarya dengan mengeluarkan album demi album. Setelah penggarapan album demi album, Slank harus kembali kehilangan tiga personelnya sekaligus, Bonky, Indra dan Pay. Karena hal ini, Slank harus vakum tahun 1995. Dan pada saat itu Kaka bersama Bimbim berjuang mempertahankan band ini dengan mencari pengganti ketiga personel itu. Alhasil pada tahun 1996 Slank mendapat personel baru yakni Ivanka dan Reynold. Mereka pun segera merilis album baru, "Lagu Sedih". Pada tahun 1997 Slank kembali berganti formasi, Bimbim, Kaka, Ivanka, Abdee dan Ridho.
Ketergantungan di Tengah Melambung Karier
Banyak fase yang dilalui Slank hingga menikmati ketenarannya. Setiap manggung, pergelarannya selalu dipenuhi penonton. Para Slankers sebutan bagi penggemar Slank seperti tak bosan-bosannya menghadiri konser yang mereka gelar. Disisi lain, kesuksesan itu ternyata berpengaruh pada gaya hidup personel Slank khususnya Bimbim dan Kaka. Godaan baru pun muncul dan berhasil menggoyahkan kekuatan band ini. Bimbim dan Kaka mulai akrab dengan Narkoba. Album "Minoritas" yang dirilis menjadi saksi tanda-tanda perpecahan di kubu Slank. Ketergantungan Bimbim dan Kaka pada Narkoba kian menjadi-jadi. Tak ada hari tanpa drugs dan alkohol. Para tetangga pun mulai tak nyaman dengan tingkah pentolan personel slank itu. Mereka menuding maskas slank sebagai rumah madat. Slank pun terancam bubar. Kadar konsumsi narkoba Bimbim dan Kaka yang semakin parah akhirnya membuat personel lainnya tidak betah dan memutuskan keluar dari band yang sudah membesarkan nama mereka tersebut.
Titik Balik
Masuknya personel baru di kubu Slank Ridho dan Abdee menjadi titik balik bagi tubuh slank. Bersama kedua personel ini Slank berhasil merilis album ketujuh tahun 1997. Pada masa ini Bimbim dan Kaka berkomitmen melepaskan diri dari ketergantungan Narkoba. Hal itu setidaknya didorong oleh Ridho dan Abdee yang bersih dari barang haram tersebut. Bimbim dan Kaka pun seolah termotivasi untuk melepaskan diri dari jerat narkoba yang telah merusak keduanya selama ini. Dan itu tentu sekaligus menjadi contoh bagi kita, terutama bagi para generasi muda bahwa narkoba memang tidak memberi sedikit pun manfaat bagi kehidupan. Sebelum kita ketergantungan dan sangat sulit bebas dari perangkapnya, maka janganlah kita sudi menyentuh barang haram tersebut. Tuhan tentu menjadi tempat terbaik untuk kita mengadukan setiap persoalan dan tantangan hidup bukan Narkoba.
Perjuangan panjang akhirnya berhasil membebaskan Bimbim dan Kaka dari ketergantungan narkoba. Selanjutnya sejak tuntutan reformasi bergulir dibangsa ini, Slank merilis album baru bertajuk "Mata Hati Reformasi". Sesuai namanya, album ini mengusung semangat reformasi sehingga kritik sosial banyak mewarnai lirik sejumlah lagu-lagu yang dirilis didalamnya.
Penghargaan yang Berhasil Diraih
Slank terus berkreasi untuk melahirkan karya-karya terbaiknya. Karya mereka yang unik dan berbobot pun selalu mendapat tempat di hati para pecinta musik indonesia. Kelompok musik ini pun mempunyai Slankers (Sebutan untuk para penggemar Slank) yang tersebar di seluruh nusantara. Lebih lanjut tercatat Slank berhasil memboyong berbagai penghargaan musik bergengsi seperti anugerah Best Selling Album Rock BASF Award (1990-1994), Video klip terbaik video musik indonesia (1994-1995), Lagu rock terbaik AMI awards (1997) dan group album rock terbaik AMI awards (1997).
Barangkali benar jika ada yang mengatakan bahwa permasalahan itu mendewasakan. Seperti yang dialami para personel Slank, misalnya. Karena persoalan yang dihadapi akibat ketergantungan narkoba, Slank justru bertumbuh menjadi sebuah band yang matang dan tetap eksis dari masa ke masa. Kini Slank telah keluar dari masa kelam sebagai pecandu narkoba. Tak ada lagi pengguna narkoba dalam tubuh band yang telah berdiri sejak 1983 ini. Hidup sehat dan menjauhi narkoba sudah melekat dalam kubu Slank. Bahkan Slank juga menjadikan markasnya sebagai tempat rehabilitasi para pecandu narkoba. Selain itu, melalui berbagai event dan kesempatan, Slank didaulat untuk ikut terus mengkampanyekan antinarkoba. Terlebih bagi para generasi muda Slank juga banyak membuat lagu-lagu yang bertemakan antinarkoba.
No comments:
Post a Comment